SEJARAH PAHLAWAN NASIONAL – DOKTER WAHIDIN SUDIROHUSODO (1852 — 1917)
PAHLAWAN NASIONAL
Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No 088/TK/Tahun 1973, Tanggal 6 Nopember 1973.
Memajukan pendidikan bangsa!... Itulah cita-cita hidup Dr. Wahidin Sudirohusodo. Anak-anak Indonesia banyak yang memiliki otak yang cerdas, namun kerena keadaan ekonomi yang sulit, mereka tak mampu bersekolah. Dr. Wahidin merasakan benar keadaan ini. Ia mengadakan perjalanan keliling Pulau Jawa untuk mencari dana yang akan diberikan kepada anak-anak yang cerdas sebagai beasiswa.
Dr. Wahidin Sudirohusodo dilahirkan di desa Mlati, Yogyakarta pada tanggal 7 Januari 1852. Setelah menamatkan Europeesche Lagere School (SD Belanda), ia melanjutkan perjalanan pada Sekolah Dokter Jawa di Jakarta.
Dr. Wahidin Sudirohusodo dibesarkan ketika keadaan pendidikan rakyat diterlantarkan oleh Pemerintah Belanda. Keadaan rakyat yang bodoh, miskin dan terbelakang sangat menarik perhatiannya. Wahidin Sudirohusodo ingin sekali membantu mereka dengan jalan memberikan pendidikan dan pengajaran. Sebab dengan cara itulah segala kebodohan dan kemiskinan dapat dilenyapkan, sehingga rakyat dapat mencapai kemajuan sebagai manusia yang berarti, bukan sebagai manusia yang terjajah. Caranya ialah dengan membentuk "dana pelajar" dan hasilnya disumbangkan untuk anak-anak cerdas yang kurang mampu dalam membiayai sekolahnya.
Dr. Wahidin Sudirohusodo mengadakan kampanye berkeliling dan waktu itulah ia bertemu dengan Sutomo, seorang mahasiswi STOVIA (Sekolah Dokter Bumi putera) di Jakarta. Sutomo rupanya mempunyai gagasan yang sama seperti Dr. Wahidin Sudirohusodo. Sebagai ungkapan dari cita-cita mereka itu, maka pada tanggal 20 Mei 1908 mahasiswa Stovia mendirikan sebuah organisasi dengan nama Budi Utomo. Sutomo terpilih sebagai ketua. Organisasi ini diatur secara modern, sehingga dapat dikatakan sebagai pelopor dari pergerakan nasional di Indonesia. Oleh karena itu tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional dan Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai pelopornya.
Dokter Wahidin Sudirohusodo beristerikan seorang wanita Betawi bernama Anna. Mereka mempunyai 2 orang putera. Seorang bernama Abdullah Subroto, seorang pelukis terkenal yang dianugerahi pula 2 orang pelukis ternama, yaitu Sujono Abdullah dan Basuki Abdullah. Dokter Wahidin Sudirohusodo meninggal dunia pada tanggal 26 Mei 1917 di Yogyakarta.
Demikianlah kisah beliau yang berjasa untuk Negeri ini.
Post a Comment for "SEJARAH PAHLAWAN NASIONAL – DOKTER WAHIDIN SUDIROHUSODO (1852 — 1917)"