Bagaimana Cara Budidaya Ikan Kerapu Dan Perawatannya
Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia, ikan kerapu terdapat 41 jenis. Dimana penamaannya berbeda-beda disetiap daerah di Indonesia. Ada yang menyebutnya kerapu namun ada pula yang menyebutnya ikan sunu, lodi dan lain-lain. Sekarang ini jenis yang paling banyak dibudidayakan adalah jenis kerapu lumpur dan kerapu bebek.
Persyaratan Budidaya Pemilihan Lokasi Terbaik
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan budidaya ikan kerapu di karamba jaring apung adalah pemilihan lokasi dan luas lahan budidaya yang dikelola. Tidak semua wilayah pantai cocok untuk budidaya ikan kerapu, oleh sebab itu penentuan lokasi harus memperhitungkan beberapa faktor penting. Pemilihan lokasi yang baik harus mempertimbangkan aspek fisika, biologi dan kimia perairan yang cocok bagi ikan kerapu. Selain itu, juga perlu mempertimbangkan aspek efisiensi biaya operasional budidaya, sehingga pada pemilihan lokasi juga harus memperhatikan aspek kemudahan dalam mendapatkan benih, keamanan, pakan dan pemasaran. Lokasi budidaya yang ideal harus memenuhi persyaratan dan memperhatikan kondisi dasar perairan, pasang surut, sedimentasi, suhu dan parameter kualitas air lainnya.
Dalam pemilihan lokasi budidaya, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Kedalaman air dari dasar kurungan pada saat surat terendah berkisar 2–5 meter atau lebih.
2. Salinitas berkisar 15–8 ppm, pH 7,5–9,0, amoniak dan nitrit < 0,1 ppm.
3. Perairan yang bebas dari gelombang laut yang besar dan angin kencang.
4. Kecepatan arus tidak kencang yakni berkisar 20 sampai 40 cm/ detik.
Teknik Budidaya Sarana Budidaya
Kerangka/Rakit
Kerangka atau rakit merupakan bagian dari keramba yang berfungsi sebagai tempat untuk menempatkan kurungan (jaring) dapat terbuat dari bambu, pipa besi atau kayu. Apabila jika menggunakan besi sebaiknya bahan tersebut terlebih dahulu dicat anti karat. Pemilihan bahan pembuat kerangka atau rakit ini tergantung pada ketersediaan bahan di lokasi dan biaya. Bentuk dan ukuran kerangka atau rakit bervariasi bergantung kepada ukuran jaring yang digunakan. Sebuah rakit biasanya terdiri dari empat buah kurungan (jaring).
Kurungan (Jaring)
Kurungan tempat memelihara ikan terbuat dari bahan polythylene (PE). Pemilihan bahan-bahan ini didasarkan atas daya tahannya terdapat pengaruh lingkungan dan harganya relatif murah jika dibandingkan bahan-bahan yang lain.
Bentuk dan ukuran kurungan ini bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan yang dibudidayakan, kedalaman perairan, ukuran ikan dan yang terpenting faktor kemudahan dalam pengelolaannya. Lebar mata jaring atau kurungan disesuaikan dengan ukuran ikan yang dibudidayakan atau dipelihara, misalnya untuk ikan panjang kurang dari 10 cm lebih mata digunakan adalah 8 mm (5 atau 16 inchi), panjang ikan 10–15 cm lebar mata yang digunakan 25 mm (1 inchi) dan lebar mata dengan panjang 15–40 cm atau lebih adalah 25–50 mm (1-2 inchi).
Pemasangan kurungan pada rakit dilakukan dengan cara mengikatkan ujung tali riset atas pada sudut rakit. Untuk membuat kurungan membuka ke arah bawah digunakan pemberat yang diikatkan pada keempat sudut tali ris bawah. Keempat pemberat yang diikatkan ke sudut-sudut bahwa kemudian diikatkan ke rakit untuk mempermudah pada waktu pengangkatan dan pergantian kurungan ataupun untuk pengontrolan ikan. Bagian atas kurungan sebaiknya diberi penutup dari bahan jaring untuk mencegah lolosnya ikan atau mencegah predator (burung atau biawak).
Perawatan jaring selama masa pemeliharaan mutlak dilakukan. Jaring yang kotor dapat menghambat pertukaran air dan oksigen sehingga dapat menimbulkan penyakit pada ikan peliharaan dan menghambat pertumbuhannya.
Jangkar
Dimana jangkar berfungsi untuk menahan kesuluruhan sarana budidaya agar tetap pada tempatnya. Jangkar yang digunakan harus mampu menahan sarana budidaya dari pengaruh arus, gelombang dan angin. Jangkar dapat terbuat dari besi, karung berisi pasir atau menggunakan blok semen atau beton. Pemakaian jenis dan jumlah jangkar bergantung kepada besarnya angin atau arus, kedalaman air, kondisi dasar perairan, dan besarnya sarana budidaya. Jangkar dari blok semen atau beton dipandang lebih praktis untuk digunakan karena relatif lebih murah dan tahan lama jika dibandingkan dengan jangkar dari besi. Tali pengikat jangkar dapat digunakan tali polythylene (PE) dan panjangnya bergantung kepada kedalaman perairan. Panjang tali jangkar biasanya 3 kali kedalaman perairan (pada waktu pasang tinggi).
Pelampung
Sedangkan pelampung berfungsi untuk mengapungkan keseluruhan sarana budidaya. Bahan pelampung dapat terbuat dari drum plastik atau drum besi dan bisa juga menggunakan pelampung stylofoam. Ukuran dan jumlah pelampung yang digunakan disesuaikan dengan besarnya beban dan daya apung pelampung. Sebuah rakit bambu yang terdiri atas empat buah kurungan apung (3x3x3 m) diperlukan pelampung drum plastik atau besi volume 200 liter sebanyak 9 buah. Dengan cara pelampung diikatkan pada rakit dengan tali polythylene (PE) yang bergaris tengah 0,8 — 1,0 cm.
Nilai Ekonomis
Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan laut bernilai ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia. Ikan kerapu bernilai gizi tinggi dan telah dibudidayakan secara komersial di beberapa negara tropis. Rasa dagingnya yang lezat membuat ikan ini punya nilai jual tinggi di pasar dunia. Sedangkan di Indonesia, sekarang ini kegiatan perikanan ikan kerapu semakin digalakkan sejalan dengan bertambahnya permintaan ikan kerapu, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri khususnya dalam melayani permintaan restoran dan hotel-hotel bertaraf internasional, maupun sebagai komoditas ekspor yang akhir-akhir ini semakin besar permintaannya dalam bentuk hidup.
Pasaran utama ekspor ikan kerapu Indonesia adalah negeri Singapura, Taiwan, Malaysia, Jepang, Amerika Serikat, Hongkong, dan beberapa negara di Eropa. Kerapu memang paling populer dan sangat digemari masyarakat di banyak negara sebagai santapan, terutama di Taiwan dan Hongkong. Karena rasa dagingnya yang lezat membuat ikan ini punya nilai jual tinggi di pasar dunia.
Harga ikan kerapu di pasaran cukup baik, hal ini terlihat dari peningkatan harga jualnya. Sebagai ilustrasi, harga ikan kerapu pada tingkat pengumpul pada tahun 1994 berkisar Rp 10.000 sampai Rp 56.000/kg, bergantung pada jenis ikan kerapunya. Harga ikan kerapu di tingkat nelayan saat ini Rp 70.000 per kg dalam keadaan hidup, bahkan untuk spesies tertentu yang lebih langka bisa dihargai jauh lebih mahal dapat mencapai Rp 315.000 per kg. Bahkan harga kerapu hidup di Singapura dan Hongkong bisa mencapai U$ 100 per kg. Di antara kerapu yang biasa dikonsumsi, seperti kerapu macan, kerapu lumpur, dan kerapu batik, serta kerapu bebek yang harganya paling mahal, hingga Rp 350.000 per kg atau lebih tergantung ukuran atau beratnya dalam keadaan hidup di pasar lokal. Bahkan ikan kerapu keringnya saja bahkan harganya mencari Rp 135.000–160. 000 per kg atau lebih sesuai dengan jenis dan ukurannya yang sering di jual di pasar.
Paling sedikitnya ada tiga alasan mengapa ikan kerapu perlu dikembangkan sebagai komoditas unggulan.
— Pertama, kerapu merupakan komoditi perikanan yang memiliki peluang ekspor yang sangat menarik yang selama ini belum dimanfaatkan secara penuh.
— Kedua, modernisasi penangkapan dan budidaya ikan kerapu akan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan laut khususnya rusaknya terumbu karang.
— Ketiga, pertumbuhan bisnis kerapu secara keseluruhan diharapkan akan membawa dampak peningkatan devisa negara dan kesejahteraan lapisan bawah masyarakat yang hidup dengan mata pencaharian di bidang perikanan.
Post a Comment for "Bagaimana Cara Budidaya Ikan Kerapu Dan Perawatannya"