Kisah Kehidupan Nyai Ahmad Dahlan
Sebelum saya menulis kisah salah satu pahlawan bangsa kita, seharusnya kita mesti menyadari bahwa :
" Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawan dan sejarah perjuangan bangsanya. Makna yang terkandung dalam ungkapan itu adalah bahwa kemerdekaan itu diperoleh dengan perjuangan bangsa dan pengorbanan para pahlawan yang memiliki nilai patriotisme sejati. Semangat juang itu perlu dimiliki terus-menerus oleh bangsa, baik untuk mempertahankan maupun dalam mengisi kemerdekaan dengan membangun tanah air dan bangsanya.
Untuk memiliki generasi penerus bangsa, kita harus mempersiapkan anak-anak kita sejak dini. Dalam upaya ini, mari kita bersama-sama turut berpartisipasi dalam mengenang jasa para pahlawan dan sejarah perjuangan bangsa. Semoga kita dan anak-anak penerus bangsa, untuk meneladani semangat juang para pahlawan dan memahami sejarah perjuangan bangsa kita.
Kita semua berhak berharap agar upaya ini dapat memberikan andil dalam membina generasi penerus pejuang bangsa demi kejayaan tanah air dan negara kita indonesia yang tercinta ini. "
NYAI AHMAD DAHLAN "Sumber gambar : 'AISYIYAH"
1. Masa Kecil Siti Walidah
Inilah kisah Siti Walidah di waktu kecil. Dia putri Kiai Haji Fadil wajahnya ayu dan mungil, dia dilahirkan pada tahun 1872 di Yogyakarta. Dia dibesarkan oleh keluarga bijaksana dan dia adalah keturunan alim ulama.
Siti Walidah anak yang salehah, dia sangat rajin mengaji Alquran setiap malam. Dia belajar agama dari orang tuanya.
Budi pekertinya baik sekali dan pendidikannya berprestasi serta prinadinya menarik hati.
Dia senang bermain di halaman rumah, dia berhaul dengan ramah dan dia sangat disenangi teman-temannya.
Siti Walidah, dia menghormati yang lebih tua, dia menghargai teman sebayanya dan dia menyayangi yang lebih muda darinya.
Dia tidak pernah belajar di sekolah umum, tetapi otaknya cerdas akalnya cerdik. Dia sangat rajin belajar meskipun tanpa bimbingan guru.
Walaupun dia masih kecil, dia sudah pandai membagi-bagi waktu. Dia sendiri mengatur waktunya untuk belajar, bekerja, dan bermain.
2. Masa Remaja Yang Disiplin
Sang waktu terus bergulir tanpa terasa. Siti Walidah sudah beranjak remaja. Dia menjadi gadis pingitan.
Dia tidak banyak bermain, kesehariannya dia hanya pergunakan untuk belajar dengan rajin. Hidupnya pun sangat disiplin.
Dia patuh kepada orang tuanya, dia suka membantu pekerjaan rumahnya. Dia mencuci pakaiannya sendiri, dan dia menyapu dalam serta halaman rumah sendiri. Dia bekerja sangat giat, tubuhnya tetap sehat.
Dia sosok wanita berhati mulia. Sifatnya ramah, penampilannya sederhana, serta dia berhati lembut dan berjiwa tenang.
Siti Walidah Pandai bergaul dengan segala lapisan masyarakat. Dari yang rendah, hingga kaum bangsawan, dia tidak pernah membeda-medakan siapapun mereka.
3. Suka Beramal
Dia terkenal suka beramal. Ilmunya dia ajarkan sedangkan hartanya dia berikan bagi yang kurang mampu atau bagi yang membutuhkan.
Bila ada kencleng amal dia memasukin uang, terutama kalau dia ada di suatu pertemuan.
Dia banyak menolong sesama manusia. Fakir-miskin dia beri, anak yatim dia santuni.
Bila ada yang putus asa, dia nasehati. Bila ada yang tidak sanggup membayar utangnya, dia bayari.
Jiwa penolongnya sudah tertanam sejak dini.
Dia tidak lupa mengaji setiap malam. Meskipun dia telah berusia remaja dan dia selalu taat pada agama.
Disaat bekerja tidak lupa berdoa terlebi dahulu. Salat wajib 5 waktu selalu dia dirikan, begitupun dengan salat-salat sunnah pun sering dia lakukan.
Siti Walidah berakhlak terpuji. Ilmunya semakin tinggi, pribadinya semakin rendah hati. Dia berkorban semata-mata kerena Illahi. Dia belajar ditekuninya dengan hati-hati, dia bekerja diselesaikannya dengan teliti. Setiap persoalan ditanganinya sendiri dengan hati yang suci.
4. Siti Walidah Dewasa
Siti Walidah semakin dewasa, wajahnya semakin cantik nan menawan. Dia terbiasa mengenakan pakaian mulimah.
Banyak pria yang tertarik kepadanya, tetapi dia tertarik kepada saudara sepupunya.
Dia akhirnya dilamar oleh saudara sepupunya. Beliau adalah Muhammad Darwisy namanya. Beliau seorang peria yang tinggi ilmunya, beliau juga seorang pria taat ibadahnya.
Beliau seorang pria berpikiran maju, beliau pun seorang pria pembaharu.
Beliau pernah bermukim di Saudi Arabia. beliau belajar di sana 7 tahun lamanya. Beliau di sana menunaikan rukun islam yang kelima.
Beliau pun kemudian bergelar haji. Masyarakat memberinya gelar kiai, kemudian namanya pun diganti menjadi Kiai Haji Ahmad Dahlan.
Beliau putra Kiai Haji Abubakar. Seorang khotib mesjid besar Yogyakarta. Keturunan salah seorang wali songo dari silsilasah Maulana Malik Ibrahim.
Kini Kiai Haji Ahmad Dahlan. Dia sedang mempersiapkan perkawinannya, dan dia bermusyawarah dengan orang tua dan sanak kerabatnya.
"Sumber gambar : PWMU.CO"
5. Berumah Tangga
Pernikahan pun dilangsungkan. Antara pasangan sejoli yang sedang dibuai asmara, antara Siti Walidah dan Kiai Haji Ahmad Dahlan.
Mereka bersanding di depan penghulu. Mereka didampingi orang tuanya masing-masing.
Mereka pun melaksanakan rukun nikah, mereka kemudian menjadi suami istri yang sah.
Siti Walidah mulai menempuh kehidupan baru. Dia memasuki lautan bahtera rumah tangga, dia pun siap menerobos segala tantangan. Dimana tantangan yang mungkin terjadi dalam rumah tangga.
Dia merasa sangat bahagia, dan dia bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dia kemudian dikenal dengan nama Nyai Ahmad Dahlan.
Dia lebih dikenal dengan panggilan Nyai Dahlan. Dia mendampingi suaminya dalam suka dan duka.
Dia melayani suaminya dengan setia, dia menerima keluhan suaminya dengan lapang dada. Serta dia menghibur suaminya dengan bijaksana.
6. Istri yang Setia
Nyai Ahmad Dahlan, dia sedang berdiskusi dengan suaminya. Dia ikut memikirkan nasib umatnya, dia ikut memikirkan nasib bangsanya.
Dia sebagai istri setia sekaligus kawan suaminya, dalam menyebarluaskan misi Islaminya. Dan dalam mempertahankan negaranya.
Nyai Ahmad Dahlan istri yang baik. Setiap saat membantu perjuangan suaminya. Dan dia pun siap menanggung segala akibatnya.
Suaminya mendapatkan kekecewaan besar ketika diketahui suraunya dibongkar massa atas perintah Kiai Penghulu Kamaludiningrat.
Dia mengetahui alasan atas pembongkaran surau suaminya.
Suaminya telah membetulkan arah kiblat, yang selama ini ke arah barat.
Sebenarnya menurut perhitungan ilmu falak, arah kiblat semestinya ke arah barat laut.
Pendapat suaminya ditentang Kiai Penghulu Kamaludiningrat.
Nyai Ahmad Dahlan tetap meyakini pendapat suaminya.
Dia meyakini berdasarkan ilmu falak. Dia tidak sekedar ikut-ikutan, dia pengikut suaminya yang sejati.
7. Turut Berdakwah
Dia ikut mengurus perserikatan Muhammadiyah, perserikatan yang didikan oleh suaminya.
Dia pun mendakwahkan misi organisasinya. Dia terus berdakwah bersama suaminya, dia ikut memperbaharui ajaran islam, yang sudah tercemar oleh Khurafat dan Bid'ah.
Dimurnikan kembali berdasarkan Alquran dan Alhadis.
Nyai Ahmad Dahlan tetap berjuang. Dia berdakwah tak luput dari ancaman. Dia semakin banyak menghadapi tantangan.
Dia bersama suaminya pergi ke Banyuwangi. Dia diancam hendak disandera.
Suaminya diancam hendak dibunuh jika mereka berdakwah di Banyuwangi. Mereka tak gentar oleh ancaman demi kebenaran.
Dia bersama suaminya pulang dari Banyuwangi. Ancaman pun tak kunjung datang.
Mereka berhasil mengembangkan cabang organisasinya.
Perserikatan Muhammadiyah pun berdiri di sana. Dia yakin terhadap perjuangannya dan dia tanamkan keyakinan yang kuat pada dirinya bahwa memurnikan ajaran Islam merupakan suatu kewajiban.
8. Memimpin Organisasi
Nyai Ahmad Dahlan sosok wanita bijaksana.
Dia mengangkat harkat martabat kaumnya. Dia kumpulkan para istri warga Muhammadiyah. Dia himpun dalam suatu perkumpulan.
Perkumpulan tersebut bernama 'Sopo Tresno' yang artinya 'Siapa Suka'.
Kemudian berhanti nama menjadi Aisyiah. Perkumpulan itu khusus untuk kaum wanita Islam.
Didirikan tahun 1915 Masehi oleh suaminya dan kepemimpinannya diserahkan kepadanya.
Perkumpulan Aisyiah cepat menjadi besar.
Akhirnya dibuka lagi perkumpulan Nasyiatul Aisyiah.Perkumpulan itu khusus untuk remaja putri Islam.
Kini Nyai Ahmad Dahlan. Dia sangat tekun membina wanita Islam.
Dia menanamkan ajaran-ajaran agama, dia mengajarkan tentang kemasyarakatan. Tak lupa pula juga menanamkan semangat kebangsaan.
Dia memprakarsai berdirinya asrama putri Islam, kemudian dia menampung para santri wanita. Dia mengurusnya bersama ibu-ibu yang lain, itulah sebagian tugas perkumpulan Aisyiah.
Di asrama ini dia memberikan pendidikan keimanan. Di asrama ini dia mengajarkan praktek peribadatan dan di asrama ini pula dia mencetak para pendakwah.
Dia sebagai pemimpin Aisyiah. Dia mengemban tugas menyantuni yatim piatu. Dia mengemban tugas mengasihi fakir miskin serta dia mengemban tugas memberantas buta huruf.
Semua itu merupakan tugas nasional perkumpulan Aisyiah.
Semua itu merupakan kewajiban perkumpulan Aisyiah. Dia laksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Nyai Ahmad Dahlan seorang mubalighat 'Wanita ahli dakwah'.
Bicaranya fasih mudah dimengerti pendengar. Kata-katanya dapat mematikan keraguan kawan. Kritik-kritiknya tajam dapat melumpuhkan lawan.
Ketika dia hendak berdakwah di Desa Batu. Tujuh belas kilometer dari kota pegunungan Dieng. Dia tidak segan-segan menunggang kuda.
Di forum Kongres Aisyiah. Dia tampil sebagai pemimpinnya, dia memimpin Kongres Aisyiah hingga yang kedua puluh tiga.
Dalam kongres yang ke-24, dia serahkan kepada yang muda-muda. Dia hanya hadir sebagai anggota.
Dia giat berdakwah dan mengurus organisasi. Rumahnya tidak pernah sepi dari kunjungan santri-santri.
Serta Rumahnya tidak pernah sepi dari kunjungan murid-murid, juga dari para Pengurus Cabang Muhammadiyah dan Aisyiah.
Dia tidak melupakan kewajibannya, yaitu mengurus suami dan anak-anaknya. Dia mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya.
Dia berpesan agar tetap mempertahankan kemerdekaan. Dia membakar semangat juang para pengikutnya dan dia menganjurkan agar bersikap tegas kepada penjajah.
Dia mengajak agar para wanita ikut berjuang. Dia menempatkannya di garis belakang. Mereka dianjurkan mengurus dapur para tentara yang sedang berjuang di garis depan.
9. Meninggal Dunia
Nyai Ahmad Dahlan berusia lanjut. Dia mulai sakit-sakitan, dia terserang penyakit rheumatik. Kini dia berbaring dengan tubuh lemah. Dia dijenguk Panglima Besar Sudirman. Dia pun dijenguk Bung Karno dan Bung Tomo.
Dia juga dijenguk pejuang-pejuang bangsa lainnya.
Dia berpesan kepada mereka agar memperkuat persatuan dan kesatuan dalam perjuangan.
Nyai Siti Walidah Ahmad Dahlan meninggal dunia di Kauman, Yogyakarta pada tanggal 31 Mei 1946.
Jenazahnya dikebumikan di belakang mesjid besar Yogyakarta.
Yang berbelasungkawa pun berdatangan dari mana-mana.
Dia kini telah tiada. Selamat tinggal kesuma bangsa. Namun akan selalu dikenang rakyat Indonesia.
Jasa-jasamu amat berguna bagi bangsa, negara, dan agama.
10. Pahlawan Nasional
"Sumber gambar : KlubWanita"
Kini pemerintah Indonesia menganugerahinya Bintang Jasa sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No. 042/TK/1971, Tanggal 22 September 1971.
Beliau seorang perintis pergerakan wanita. Dia seorang pejuang bangsa, negara, dan agama.
Dia seorang pejuang yang gigih dan tak pernah kenal lelah.
Akhir Kata
Mari teman-teman, kita mengikuti jejak langkahnya. Bahwa perjuangan kini masih berlanjut dalam kehidupan kita dan jangan pantang menyerah.
Segaja saya tulis kisah beliau untuk sebagai edukasi dan sebagai motivasi bagi kita semua agar tidak melupakan 'JAS MERAH (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah Jasa Para Pahlawan).'
Benar kata anda
ReplyDelete😊 Terima Kasih 🙏🙏
DeleteSaya sangat setuju dengan pendapat anda,pahlawan buka untuk dilupakan tapi untuk dikenang. Teruslah berkarya
ReplyDeleteSiap... Terima Kasih 😊🙏🙏😊
Delete